Bismillah
Tugas orang tua pada masa sekarang benar-benar tidak mudah.
Kalau zaman dahulu anak mendapat informasi hanya dari orang tua atau guru,
sekarang mereka juga bisa mendapatkan informasi dari media sosial. Kalu zaman
dahulu orang tua hanya mewaspadai teman-teman sebaya dengan anak, sekarang
orang tua harus hati-hati dengan semua kenalan anak, terutama bila anak
berkenalan dengan mereka di dunia maya.
Sebenarnya orang tua tidak perlu terlalu cemas, selama orang
tua bisa menjaga komunikasi yang baik dengan anak. Maksudnya bagaimana?
Maksudnya adalah komunikasi antara orang tua dengan anak lancar dan anak tetap
menganggap orang tua sebagai salah satu sumber informasi yang dipercaya.
Pada wakt anak lebih percaya pada teman atau panutan lain selain
orang tua maka orang tua harus introspeksi diri terlebih dahulu, bukannya malah
memarahi anak. Orang tua perlu bertanya pada diri sendiri, apa yang salah
dengan komunikasi antara orang tua dan anak. Saat anak sudah percaya pada orang
tua, mereka tidak akan segan menanyakan atau membicarakan apa saja dengan orang
tua.
Inilah beberapa tips agar komunikasi berjalan baik antara
anak dengan orang tua:
1.
Jangan Langsung Memarahi Anak Saat Ia Melakukan
Kesalahan
Orang tua sering langsung memarahi anak saat ia membuat
kesalahan. Misalnya anak kurang berhati-hati sehingga memecahkan sesuatu, atau
anak lupa melakukan tugas sekolahnya karena terlalu asyik bermain. Bila hal ini terus terjadi, akhirnya anak
lebih suka berbohong atau mencari kambing hitam atas kesalahan yang
dilakukannya hanya supaya ia tidak dimarahi.
Saat anak kurang hati-hati sehingga memecahkan sesuatu,
sebaiknya orang tua tidak langsung marah, tapi menenangkan anak dan memeriksa
apakah anak terluka atau tidak. Bila anak masih kecil, minta ia untuk menjauh
selama Anda membersihkan pecahan kacanya. Tapi bila ia sudah agak besar, Anda bisa
memintanya untuk membantu Anda membersihkan pecahannya. Setelah itu Anda boleh
bicara dari hati ke hati dengan anak. Tanyakan kenapa ini bisa terjadi. Apakah
anak terburu-buru, atau tidak fokus? Sebagai bentuk tanggung jawab anak atas
perbuatannya, Anda bisa memotong sedikit uang jajannya untuk sementara waktu,
atau mengurangi waktu anak bermain kalau ia belum punya uang jajan. Intinya
anak tahu bahwa ia harus bertanggung jawab atas perbuatannya, tapi ia tidak
akan dimarahi habis-habisan karena kesalahan itu.
Begitu pula saat ia tidak mengerjakan tugas sekolahnya. Bicarakan
baik-baik dengan anak kenapa ia harus melakukan itu. Buat perjanjian dan
konsekuensi apa yang akan dihadapi anak bila ia melanggar lagi. Orang tua juga
harus konsisten dalam memberikan konsekuensi pada anak, jangan berubah-ubah karena
tidak tega, karena anak akan memanfaatkan ini.
2.
Jawab Pertanyaan Anak dengan Baik
Saat anak mulai besar, rasa ingin tahunya pasti bertambah.
Di sini anda sebagai orang tua harus pandai bersikap, terutama saat anak
menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang menurut Anda terlalu awal untuk
ditanyakan seperti masalah sex atau kematian. Sebelum menjawab pertanyaan anak,
pastikan dulu sejauh mana ia mengerti arti kata yang ditanyakannya, darimana
anak mendengar kata tersebut dan dalam situasi apa kata itu dipakai. Tetap
tenang dan jelaskan dengan singkat dan tidak berputar-putar. Gunakan bahasa
yang dimengerti anak, tidak perlu menjelaskan terlalu detil karena akan membuat
anak menjadi bingung.
Jangan langsung panik dan salah tingkah atau yang lebih
parah lagi langsung memarahi anak. Anak akan bisa merasakan kalau orang tuanya
tidak selalu bisa menjawab pertanyaannya dan mencari orang lain yang mau
menjawabnya.
Saat Anda belum bisa menjawab pertanyaan anak, buat
kesepakatan dengan anak supaya Anda bisa mempelajari dulu masalah itu dan
menjawabnya nanti. Asal hal ini tidak dilakukan terlalu sering, ya. Karena anak
akan merasa Anda menghindar dari masalah atau Anda tidak tahu apa-apa.
3.
Libatkan Anak dalam Keputusan yang Menyangkut
Dirinya
Terkadang orang tua lupa kalau anak adalah manusia yang juga
punya pendapat dan keinginan sendiri. Komunikasi yang baik adalah komunikasi
yang berjalan dua arah. Artinya bukan hanya orang tua saja yang boleh bicara,
tapi beri kesempatan pada anak untuk menyatakan pendapatnya. Apalagi bila ini
menyangkut masa depannya seperti saat menentukan sekolah, kursus apa yang akan
diambil anak, dan lain-lain. Ambil keputusan yang disepakati anak dan orang
tua.
4.
Berdiskusi dengan Anak
Saat anak mulai masuk usia pra remaja, sediakan waktu untuk bersantai
bersama anak. Saat sedang santai, mulai ajak anak berdiskusi. Biarkan anak
bercerita tentang minat, teman-teman atau idolanya. Pada saat anak punya
perbedaan pendapat dengan orang tua, jangan langsung dimarahi atau dilarang.
Beri kesempatan pada anak untuk menjelaskan alasan ia berpendapat seperti itu.
Orang tua juga bisa menjelaskan pandangan atau pendapatnya. Setelah itu baik
orang tua dan anak harus bisa kompromi. Selama masalahnya tidak berkaitan
dengan masalah keamanan, kesehatan atau hal-hal yang melanggar aturan/norma yang
ada, biarkan anak membuat keputusan sendiri. Jadi anak merasa kalau dirinya penting
dan pendapatnya didengar.
Menjadi orang tua memang tidak mudah karena anak-anak akan
selalu punya keinginan dan pendapat sendiri. Tapi selama komunikasi antara orang
tua dan anak terjalin dengan baik, orang tua tetap bisa mengarahkan dan membimbing
mereka ke jalan yang benar. Semoga bermanfaat.
Tulisan ini Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge
Sahabat Hosting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar