Selasa, 02 Februari 2021

Tips untuk Menjalin Komunikasi yang Baik dengan Anak

 Foto oleh Emma Bauso dari Pexels


 

Bismillah

Tugas orang tua pada masa sekarang benar-benar tidak mudah. Kalau zaman dahulu anak mendapat informasi hanya dari orang tua atau guru, sekarang mereka juga bisa mendapatkan informasi dari media sosial. Kalu zaman dahulu orang tua hanya mewaspadai teman-teman sebaya dengan anak, sekarang orang tua harus hati-hati dengan semua kenalan anak, terutama bila anak berkenalan dengan mereka di dunia maya.

Sebenarnya orang tua tidak perlu terlalu cemas, selama orang tua bisa menjaga komunikasi yang baik dengan anak. Maksudnya bagaimana? Maksudnya adalah komunikasi antara orang tua dengan anak lancar dan anak tetap menganggap orang tua sebagai salah satu sumber informasi yang dipercaya.


Pada wakt anak lebih percaya pada teman atau panutan lain selain orang tua maka orang tua harus introspeksi diri terlebih dahulu, bukannya malah memarahi anak. Orang tua perlu bertanya pada diri sendiri, apa yang salah dengan komunikasi antara orang tua dan anak. Saat anak sudah percaya pada orang tua, mereka tidak akan segan menanyakan atau membicarakan apa saja dengan orang tua.

Inilah beberapa tips agar komunikasi berjalan baik antara anak dengan orang tua:

 

1.       Jangan Langsung Memarahi Anak Saat Ia Melakukan Kesalahan

Orang tua sering langsung memarahi anak saat ia membuat kesalahan. Misalnya anak kurang berhati-hati sehingga memecahkan sesuatu, atau anak lupa melakukan tugas sekolahnya karena terlalu asyik bermain.  Bila hal ini terus terjadi, akhirnya anak lebih suka berbohong atau mencari kambing hitam atas kesalahan yang dilakukannya hanya supaya ia tidak dimarahi.

Saat anak kurang hati-hati sehingga memecahkan sesuatu, sebaiknya orang tua tidak langsung marah, tapi menenangkan anak dan memeriksa apakah anak terluka atau tidak. Bila anak masih kecil, minta ia untuk menjauh selama Anda membersihkan pecahan kacanya. Tapi bila ia sudah agak besar, Anda bisa memintanya untuk membantu Anda membersihkan pecahannya. Setelah itu Anda boleh bicara dari hati ke hati dengan anak. Tanyakan kenapa ini bisa terjadi. Apakah anak terburu-buru, atau tidak fokus? Sebagai bentuk tanggung jawab anak atas perbuatannya, Anda bisa memotong sedikit uang jajannya untuk sementara waktu, atau mengurangi waktu anak bermain kalau ia belum punya uang jajan. Intinya anak tahu bahwa ia harus bertanggung jawab atas perbuatannya, tapi ia tidak akan dimarahi habis-habisan karena kesalahan itu.

Begitu pula saat ia tidak mengerjakan tugas sekolahnya. Bicarakan baik-baik dengan anak kenapa ia harus melakukan itu. Buat perjanjian dan konsekuensi apa yang akan dihadapi anak bila ia melanggar lagi. Orang tua juga harus konsisten dalam memberikan konsekuensi pada anak, jangan berubah-ubah karena tidak tega, karena anak akan memanfaatkan ini.

 

2.       Jawab Pertanyaan Anak dengan Baik

Saat anak mulai besar, rasa ingin tahunya pasti bertambah. Di sini anda sebagai orang tua harus pandai bersikap, terutama saat anak menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang menurut Anda terlalu awal untuk ditanyakan seperti masalah sex atau kematian. Sebelum menjawab pertanyaan anak, pastikan dulu sejauh mana ia mengerti arti kata yang ditanyakannya, darimana anak mendengar kata tersebut dan dalam situasi apa kata itu dipakai. Tetap tenang dan jelaskan dengan singkat dan tidak berputar-putar. Gunakan bahasa yang dimengerti anak, tidak perlu menjelaskan terlalu detil karena akan membuat anak menjadi bingung.

Jangan langsung panik dan salah tingkah atau yang lebih parah lagi langsung memarahi anak. Anak akan bisa merasakan kalau orang tuanya tidak selalu bisa menjawab pertanyaannya dan mencari orang lain yang mau menjawabnya.

Saat Anda belum bisa menjawab pertanyaan anak, buat kesepakatan dengan anak supaya Anda bisa mempelajari dulu masalah itu dan menjawabnya nanti. Asal hal ini tidak dilakukan terlalu sering, ya. Karena anak akan merasa Anda menghindar dari masalah atau Anda tidak tahu apa-apa.

 

3.       Libatkan Anak dalam Keputusan yang Menyangkut Dirinya

Terkadang orang tua lupa kalau anak adalah manusia yang juga punya pendapat dan keinginan sendiri. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang berjalan dua arah. Artinya bukan hanya orang tua saja yang boleh bicara, tapi beri kesempatan pada anak untuk menyatakan pendapatnya. Apalagi bila ini menyangkut masa depannya seperti saat menentukan sekolah, kursus apa yang akan diambil anak, dan lain-lain. Ambil keputusan yang disepakati anak dan orang tua.

 

4.       Berdiskusi dengan Anak

Saat anak mulai masuk usia pra remaja, sediakan waktu untuk bersantai bersama anak. Saat sedang santai, mulai ajak anak berdiskusi. Biarkan anak bercerita tentang minat, teman-teman atau idolanya. Pada saat anak punya perbedaan pendapat dengan orang tua, jangan langsung dimarahi atau dilarang. Beri kesempatan pada anak untuk menjelaskan alasan ia berpendapat seperti itu. Orang tua juga bisa menjelaskan pandangan atau pendapatnya. Setelah itu baik orang tua dan anak harus bisa kompromi. Selama masalahnya tidak berkaitan dengan masalah keamanan, kesehatan atau hal-hal yang melanggar aturan/norma yang ada, biarkan anak membuat keputusan sendiri. Jadi anak merasa kalau dirinya penting dan pendapatnya didengar.

 

Menjadi orang tua memang tidak mudah karena anak-anak akan selalu punya keinginan dan pendapat sendiri. Tapi selama komunikasi antara orang tua dan anak terjalin dengan baik, orang tua tetap bisa mengarahkan dan membimbing mereka ke jalan yang benar. Semoga bermanfaat.


Tulisan ini Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

5 Kesalahan yang Harus Dihindari Dalam Mendidik Anak

  Orang tua pasti menyayangi   dan menginginkan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Sayangnya tanpa disadari masih banyak orang tua yang m...

Postingan Populer