Selasa, 27 Desember 2016

MEMOTIVASI ANAK UNTUK BELAJAR



Foto: unsplash.com (by Sigmund)


LATAR BELAKANG

Masa ujian bisa menjadi masa yang menegangkan dan menakutkan bagi anak dan juga orang tua. Kenapa begitu? Biasanya anak merasa tegang dan takut karena ia dituntut untuk mendapat nilai-nilai yang bagus pada saat ujian. Sementara orang tua ikut merasa tegang dan takut karena merasa khawatir kalau anak mereka akan gagal dalam ujian atau mendapat nilai jelek.

Saya sering mendengar cerita bagaimana orang tua terutama ibu, ikut menjadi stress bila masa ujian tiba. Itu terjadi karena orang tua harus memaksa anak-anak mereka belajar menjelang ujian. Padahal, bila anak belajar karena dipaksa, hal itu akan menyebabkan anak merasa malas belajar. Belajar akan menjadi suatu kegiatan yang tidak menyenangkan, sehingga anak akan lebih senang melakukan kegiatan lain yang mungkin lebih menyenangkan.

Begitu sih kata orang-orang yang sudah mengalami. Saya sendiri sebenarnya baru tahun ini merasakan pengalaman anak saya harus mengikuti ujian di SD. Tapi saya tidak sepenuhnya setuju lho, dengan pendapat di atas. Karena, berdasarkan pengalaman saya sendiri, sebenarnya anak dan orang tua tidak perlu merasa tegang dan takut menghadapi masa ujian.

Sebenarnya, anak tidak akan merasa tegang dan takut bila ia merasa tenang dan percaya diri pada saat mengikuti ujian. Rasa tenang dan percaya diri ini didapat bila anak sudah terbiasa belajar jauh-jauh hari sebelum masa ujian dimulai. Nah, masalahnya adalah bagaimana kita sebagai orang tua bisa memotivasi anak untuk belajar.

Berdasarkan pengalaman saya, sebenarnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk memotivasi anak sehingga mereka mau belajar tanpa paksaan.


BAB. I: Kenali Tipe Belajar Anak

Untuk bisa membantu dan memfasilitasi anak untuk belajar, kita sebagai orang tua perlu mengetahui tipe belajar anak-anak kita. Secara umum tipe belajar anak terbagi menjadi 4 tipe, tipe Audio, tipe Visual, tipe Kinestetik dan kombinasi atau gabungan dari tipe-tipe tersebut. (Saya membaginya berdasarkan apa yang saya ketahui saja ya :) )

- Tipe Audio
Anak dengan tipe Audio lebih suka belajar dengan cara mendengar. Jadi orang tua bisa membantu dengan cara membacakan materi pelajaran atau membuat soal-soal untuk latihan tanya jawab dengan anak. Orang tua juga bisa memfasilitasi anak dengan memberikan alat perekam, sehingga anak bisa merekam suaranya sendiri saat mengulang pelajaran yang dipelajarinya setiap hari.

- Tipe Visual
Anak-anak dengan tipe Visual lebih suka belajar dengan cara membaca/melihat. Biasanya mereka cukup belajar dengan cara membaca ulang materi pelajaran yang mereka pelajari setiap hari. Orang tua bisa membantu dengan cara membuat soal-soal tertulis untuk latihan bagi si anak.

- Tipe Kinestetik
Anak-anak dengan tipe kinestetik punya cara lain untuk belajar. Mereka biasanya lebih suka belajar sambil melakukan sesuatu, misalnya membuat rangkuman pelajaran, membuat catatan-catatan khusus, atau membuat semacam table rangkuman.

- Tipe Kombinasi atau Gabungan
Dan yang terakhir, anak- anak yang mempunyai lebih dari satu tipe belajar, misalnya kombinasi audio-visual, audio-kinestetik, atau visual-kinestetik. Ini perlu diketahui orang tua agar orang tua bisa membantu dan menfasilitasi kebutuhan anak pada saat anak belajar.


BAB II: Buat Anak Merasa Nyaman Saat Belajar

Setelah kita bisa mengenali tipe belajar anak dan memfasilitasi anak dalam belajar, kita juga perlu membuat anak merasa nyaman saat ia belajar.

Dampingi Saat Anak Belajar
Dari pengalaman saya, salah satu cara untuk membuat anak merasa nyaman saat belajar adalah dengan mendampinginya saat ia belajar. Orang tua sebaiknya menyediakan waktu untuk menemani anak belajar. Dengan cara ini, kita sebagai orang tua bisa mengetahui masalah-masalah apa yang dihadapi anak saat ia belajar. Kita juga bisa memberikan semangat atau dukungan pada saat anak mengalami kesulitan, dan memberikan apresiasi saat anak berhasil menyelesaikan kesulitan mereka sendiri.

Ajak Anak Berdiskusi
Tidak hanya mendampingi, kita sebagai orang tua sebaiknya juga bisa mengajak anak berdiskusi. Tanyakan pada anak apa pendapatnya mengenai pelajaran yang sudah dipelajarinya, bagaimana pemahamannya, apakah ia sudah mengerti atau belum. Berikan pertanyaan-pertanyaan yang bisa membuat anak mengemukakan pendapat atau pemikirannya sendiri. Buat anak merasa nyaman untuk menyatakan pendapat dan ide-idenya sendiri. Anak harus bisa merasa nyaman dalam berkomunikasi dengan orang tua.


BAB III: Temukan Waktu Efektif Untuk Anak Belajar

Ikuti Waktu Belajar Anak
Tiap anak berbeda. Tidak ada anak yang sama persis walaupun anak kembar sekalipun. Untuk bisa membuat anak merasa nyaman saat belajar, orang tua perlu mencari tahu waktu paling efektif bagi anak untuk belajar. Saya kenal seorang anak yang mempunyai waktu efektif belajar yang tidak umum. Bila anak lain biasa belajar pada malam hari sebelum tidur, ia baru bisa belajar setelah melewati waktu tengah malam. Jadi kalau ia mau belajar, ibunya biasanya tidur lebih dahulu, untuk kemudian bangun lagi setelah tengah malam untuk menemani anaknya belajar. Jadi orang tua yang mengikuti waktu belajar anaknya.






Jumat, 23 Desember 2016

MIND MAPPING


Mind Mapping

MEMOTIVASI ANAK UNTUK BELAJAR





DAFTAR ISI

Bab I: Kenali tipe belajar anak.
- Audio
- Visual
- Kinestetik
- Kombinasi

Bab II: Buat anak merasa nyaman saat belajar.
- Damping saat anak belajar
- Ajak anak berdiskusi

Bab III: Temukan waktu efektif untuk anak belajar.
- Ikuti waktu belajar anak
- Jangan paksa anak belajar sesuai waktu orang tua

Bab IV: Jangan tuntut anak untuk mendapat nilai bagus.
- Secara verbal
- Body Language (bahasa tubuh)

Bab V: Beri target yang realistis pada anak.
- Reward/hadiah
- Konsekuensi, bukan hukuman

Kamis, 22 Desember 2016

KENAPA SAYA HARUS MENULIS

Foto: pexels.com (by Kaboompics)



Kalau saya katakan menulis itu mudah, mungkin banyak yang tidak setuju. Banyak yang merasa bingung jika harus menulis. Padahal sebenarnya ada beberapa alasan sederhana untuk kita menulis. Seidaknya untuk saya sendiri. 

Ada beberapa alasan kenapa saya harus menulis. 

Yang pertama, saya menulis untuk mencatat dan mengingat. Waktu kecil saya punya catatan harian atau ‘Diary’. Hampir setiap hari saya rajin menuliskan dan mencatat tidak hanya sekedar kegiatan saya sehari-hari, tapi juga perasaan dan kesan yang saya rasakan pada saat itu. Ini berguna juga sebagai salah satu cara saya melakukan introspeksi diri setelah saya dewasa. 

Yang kedua, saya menulis untuk membuat perencanaan. Sebagai ibu rumah tangga dan pengajar, saya harus selalu membuat beberapa perencanaan, seperti perencanaan keuangan keluarga atau persiapan materi untuk saya mengajar. 

Alasan yang ketiga, saya harus menulis karena menulis bisa menjadi terapi. Saya menulis untuk mengeluarkan unek-unek atau perasaan saya. Ada beberapa hal yang tidak bisa dengan mudah saya sampaikan kepada orang lain. Karena belum bisa menemukan cara yang saya anggap baik untuk menyampaikan pendapat atau perasaan saya, saya memilih menulis untuk mencurahkan pendapat dan perasaan saya tersebut. Terkadang, kalau saya merasa marah mengenai suatu hal, atau marah kepada seseorang, saya akan membuat ‘surat’ yang sangat panjang – terkadang bahkan lengkap dengan kata-kata kasar atau kata-kata makian – untuk kemudian saya musnahkan. Jadi surat tersebut hanya menjadi sarana untuk melampiaskan emosi dan mengeluarkan kekesalan saya saja. Paling tidak, setelah saya musnahkan surat tersebut, perasaaan negatif yang ada ikut menghilang, walaupun terkadang belum menjadi solusi dari masalah saya juga sih. 

Yang keempat, saya menulis untuk mengikat ilmu untuk kemudian dibagikan untuk orang lain. Alhamdulillah, belakangan ini saya mulai bisa mengikuti berbagai kajian di mesjid, juga berbagai acara seminar pendidikan atau acara parenting. Supaya ilmunya tidak hilang, saya membiasakan diri untuk menulis dan mencatat materi kajian dan acara parenting tersebut. Awalnya catatan-catatan tersebut hanya saya simpan untuk diri saya sendiri. Tapi kemudian ada beberapa teman yang melihat, kemudian mereka meminta saya untuk membagi catatan saya tersebut kepada mereka. Sehingga akhirnya saya membiasakan diri untuk mem-posting catatan-catatan saya tersebut di media sosial dan grup-grup WA. Itu adalah beberapa alasan kenapa saya harus menulis. 

Sekarang saya punya keinginan untuk tidak sekedar menulis tapi bisa menulis dan membuat karya yang bisa bermanfaat untuk orang banyak. Saya ingin belajar menulis yang baik dan benar supaya saya bisa membuat suatu karya tulis atau bahkan menerbitkan buku yang bisa memberi manfaat tidak hanya kepada saya atau orang-orang terdekat saya saja, tapi juga untuk orang banyak.

Ikrar Peristiwa

Pada tanggal 16 Desember 2016, saya dengan ikhlas mengizinkan diri saya menjadi penulis dengan menerbitkan, minimal satu buku, pada tanggal 16 Desember 2017 dan menjadikannya BEST SELLER atau yang lebih baik dari itu. ANDRIANI SEKAR

Postingan Terbaru

5 Kesalahan yang Harus Dihindari Dalam Mendidik Anak

  Orang tua pasti menyayangi   dan menginginkan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Sayangnya tanpa disadari masih banyak orang tua yang m...

Postingan Populer