Bismillah
Sebenarnya saya bukan tipe yang senang traveling. Tapi karena sudah ‘terkurung’ di rumah selama hampir setahun, rasanya saya ingin juga bisa jalan-jalan ke luar kota. Ada beberapa kota di pulau Jawa yang pernah saya kunjungi ketika saya kecil dan membawa kenangan. Saya berharap saat pandemi nanti usai, saya bisa berkunjung ke kota-kota itu lagi.
Pekalongan
Salah satu tempat yang ingin saya kunjungi lagi adalah Pekalongan. Ini adalah kampung halaman almarhum bapak. Dulu, sewaktu saya kecil, keluarga kami rutin berkunjung ke tempat mbah (orang tua bapak) di Pekalongan saat Lebaran. Tidak setiap tahun, sih, karena eyang (orang tua ibu) tinggal di Jakarta. Jadi kami merayakan Lebaran bergantian di Jakara dan Pekalongan.
Yang saya ingat, saat saya kecil dulu, mbah kakung dan mbah
putri tinggal di rumah di Jalan Merdeka. Rumah itu dulu merupakan bangunan
lama, karena saya ingat langit-langitnya tinggi sekali, lebih tinggi jika
dibandingkan dengan langit-lagit rumah saya di Jakarta. Kamar mandinya terletak di bagian belakang rumah, di luar
bangunan utama. Karena saya masih kecil, saya selalu minta ditemani seseorang
entah itu tante, om atau sepupu saya, saat saya ingin ke kamar mandi di malam
hari.
Setelah saya agak besar, mbah putri pindah ke rumah di JL.
Sumatra (saat itu mbah kakung sudah tidak ada). Rumah yang ini lebih kecil,
tapi bentuk bangunannya lebih modern. Dan yang paling penting adalah kamar mandi
ada di dalam rumah. Hore!
Kenangan saya yang lain adalah tradisi Lebaran keluarga besar
kami. Setelah sholat Ied, biasanya kami semua akan makan Tauto Pekalongan yang
cukup terkenal di sana. Walaupun di rumah mbah banyak tersedia makanan, tapi
tradisi ini hampir tidak pernah terlewatkan. Tauto Pekalongan adalah masakan
sejenis soto yang dibuat dari daging sapi/kerbau yang diberi tambahan bumbu
tauco. Ini adalah salah satu masakan khas kota Pekalongan.
Masakan khas Pekalongan lain yang juga selalu ada saat
Lebaran adalah Sego Megono. Dalam bahasa Jawa sego berarti nasi. Jadi Sego Megono
artinya nasi megono. Megono adalah
masakan yang terbuat dari nangka muda, yang diberi bumbu urap dan bunga
kecombrang. Nah, kecombrang ini yang memberikan rasa khas pada megono.
Tradisi Lebaran lain yang saya ingat adalah tersedianya
jajan pasar alias kue-kue basah dalam tampah. Bahkan saat kami hendak kembali
ke Jakarta, kami selalu dibekali dengan kue-kue ini dalam bungkusan besek. Jenis
kuenya bermacam-macam. Beberapa yang saya ingat adalah wajik, gethuk,
ongol-ongol, dan lain-lain. Oh ya. Ada satu masakan lagi yang juga biasa kami
nikmati di Pekalongan, yaitu Mi Godog atau mi rebus/mi kuah. Entah kenapa,
menurut saya rasa Mi Godog di Pekalongan sangat berbeda dengan mi kuah yang ada
di Jakarta. Jadi walaupun sebenarnya ini bukan masakan khas Pekalongan, saya
tetap lebih suka menikmatinya di Pekalongan.
Tegal
Saat hendak menuju ke Pekalongan dari Jakarta, kami pasti
melewati kota Tegal. Sebenarnya kami tidak punya nsaudara di kota ini. Tapi kota ini juga menjadi kota kenangan karena
setiap kali kami sampai di Tegal, bapak selalu berhenti di alun-alun dan mengajak
kami makan. Makanan favorit bapak adalah Kupat Glabed. Ini adalah makanan khas
kota Tegal. Kupad Glabed adalah ketupat yang disiram glabed yaitu kuah kuning bersantan
yang mirip opor, tapi jauh lebih kental dan rasanya gurih. Menikmati Kupad
Glabed kurang lengkap bila tidak didampingi tempe mendoan dan gorengan lainnya.
Tersedia juga beberapa jenis sate, tapi sate favorit bapak adalah sate kerang.
Selain Kupat Glabed, makanan khas Tegal yang selalu kami beli adalah Tahu Aci atau Tahu Tegal. Sesuai dengan namanya, Tahu Aci adalah tahu yang diberi adoanan aci lalu digoreng. Rasanya gurih dan sedikit kenyal. Bisa dinikmati dengan sambal kecap atau cabai rawit. Paling nikmat kalau dinikmati saat masih hangat. Biasanya kami akan membeli Tahu Tegal ini saat akan kembali ke Jakarta dari Pekalongan. Ini jadi salah satu bekal wajib perjalan pulang kami.
Cirebon
Ada satu kota lagi yang juga merupakan kota kenangan bagi
saya, yaitu kota Cirebon. Kota ini juga merupakan kota kenangan untuk saya
karena saat kami menuju Pekalongan, bapak suka menyempatkan diri untuk
beristirahat dan menginap di Cirebon. Jadi pada saat orang lain menempuh waktu
sekitar 7-8 jam untuk jarak Jakarta-Pekalongan,
kami membutuhkan waktu dua hari. Haha.
Kenangan saya tentang kota Cirebon adalah masakan seafood-nya.
Kami selalu menyempatkan diri untuk makan seafood saat menginap di Cirebon. Saya
ingat, di sana saya bisa makan kerang, cumi-cumi dan udang besar agak banyak. Saya
senang sekali, karena di Jakarta saya tidak bisa melakukan itu.
Lucunya kenangan saya tentang Cirebon adalah masakan
seafood-nya. Baru setelah saya dewasa saya mengenal masakan khas Cirebon lain
seperti Tahu Gejrot, Empal Gentong dan Nasi Jamblang. Itu pun karena adik suami
dan keluarganya sempat tinggal di Cirebon sehingga saya berkesempatan untuk mencoba
beberapa masakan khas Cirebon waktu kami mengunjungi mereka.
Hahaha. Ternyata kenangan saya tentang kota-kota tersebut
berdasarkan makanan semua. Tapi memang saya dan suami sudah punya rencana untuk
melakukan wisata kuliner saat pandemi berakhir. Masih banyak kota-kota di
pulau Jawa yang belum pernah saya kunjungi dan ingin saya kunjungi nantinya.
Buat teman-teman yang akan berkunjung ke kota-kota tersebut,
jangan lupa coba kuliner khas-nya ya. Dijamin pasti akan ketagihan.
Tulisan ini Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge
Sahabat Hosting
nice to rwad mbak 😘
BalasHapusMakasih mbak :)
Hapus