Bulan Juni biasanya menjadi saat yang cukup membuat orang
tua lumayan repot, terutama bagi mereka yang memiliki anak yang hendak masuk sekolah
atau melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.
Mencari sekolah itu gampang-gampang susah. Walaupun seandainya
biaya tidak menjadi masalah, orang tua tetap harus mencari sekolah yang cocok
dengan karakter anak. Sekolah yang baik bukan sekolah yang murid-muridnya selalu punya
nilai tinggi, tapi sekolah yang cocok dengan karakter anak. Sekolah di mana
potensi anak bisa berkembang dengan baik dan anak merasa senang bersekolah di
sana. Sekolah yang tidak cocok dengan karakter anak bisa merusak rasa percaya
diri dan bahkan masa depannya.
Menurut Rosdiana Setyaningrum , seorang psikolog, ada dua faktor yang perlu diperhatikan saat memilih sekolah.
Faktor Dalam:
1.
Usia Anak
Pastikan usia anak sudah sesuai dengan jenjang pendidikannya.
Anak sebaiknya sudah berusia 7 tahun saat masuk SD. Kenapa? Karena pada usia 0
sampai 5 tahun, yang sudah berkembang adalah otak kanan anak. Otak kiri yang
berhubungan dengan kemampuan membaca, menulis dan berhitung baru berkembang
saat anak berusia 7 tahun.
2.
Karakter
Anak
Setiap anak punya kelebihan dan bakat yang berbeda-beda. Tidak
ada anak bodoh, mungkin saja ia pintar di bidang yang lain. Misalnya anak nilai
matematikanya jelek, tapi ia jago dalam olahraga, maka bisa disimpulkan bahwa
bakat anak tersebut adalah di bidang olahraga. Tidak ada gunanya memaksa anak
untuk mendapat nilai tinggi di bidang matematika.
Bila memaksakan anak untuk berprestasi di bidang yang tidak
ia kuasai malah akan membuat anak menjadi rusak rasa percaya dirinya. Akibatnya
anak akan tumbuh dengan pikiran bahwa ia bodoh.
Hal ini berpengaruh juga saat mencari sekolah untuknya. Kalau
sudah tahu anak kita tidak jago di bidang akademis, jangan masukkan ia ke
sekolah yang berbasis kompetisi dan menggunakan sistem ranking. Tapi carilah
jenis sekolah yang tidak hanya mengejar nilai akademis tapi juga memberi ruang
pada bakat anak untuk berkembang.
3.
Kemampuan Anak Bersosialisasi
Perhatikan kemampuan bersosialisasinya. Jangan masukkan anak
ke sekolah yang membuatnya sulit bersosialisasi. Jika di TK – SD anak sudah
belajar menggunakan bahasa Inggris di sekolah, jangan masukkan anak ke SMP
negri yang menggunakan bahasa Indonesia. Anak akan kesulitan untuk
berkomunikasi dengan teman-temannya.
1.
Visi dan Misi Sekolah
Orang tua perlu mencari tahu visi dan misi sekolah. Apakah sesuai
dengan harapan orang tua dan karakter anak? Bila perlu cari informasi juga
mengenai guru-guru dan cara mengajarnya. Guru yang baik bukan guru yang hebat
dalam memberikan informasi saja, karena informasi sekarang mudah didapat dengan
adanya internet. Guru yang baik adalah guru yang juga bisa dijadikan panutan
dan bisa mentransfer nilai-nilai baik kepada murid-muridnya.
2.
Lokasi dan Lingkungan Sekolah
Fasilitas sekolah memang penting, tapi lokasi sekolah juga
perlu menjadi pertimbangan. Jangan memilih sekolah yang terlalu jauh dari
rumah. Walaupun fasilitasnya lengkap, tapi kalau terlalu jauh, anak akan
kelelahan setiap hari. Belum lagi kalau anak masih harus ikut les ini-itu
setelah pulang sekolah. Walaupun sekarang masih dalam masa pandemi dan sekolah
dilakukan secara daring, sebaiknya tidak memilih sekolah yang terlalu jauh dari
rumah.
Perhatikan juga lingkungan sekolah tersebut. Sekolah yang
dekat dengan pasar atau mall mungkin akan memberi dampak negatif pada anak.
Anak jadi punya kesempatan jalan-jalan atau nongkrong bersama teman-temannya
sepulang sekolah.
3.
Kurikulum Sekolah
Kalau tidak ada rencana menyekolahkan anak di luar negeri,
anak tidak perlu dimasukkan ke sekolah internasional yang menggunakan bahasa Inggris. Karena bila
sudah terbiasa menggunakan bahasa inggris, anak akan menghadapi kesulitan untuk
bersosialisasi di jenjang berikutnya saat anak dimasukkan ke sekolah negeri.
Saat pandemi sudah usai dan anak-anak sudah bisa bersekolah
dengan normal lagi, orang tua perlu juga mencari tahu berapa lama jam belajar
anak di sekolah. Jangan sampai karena terlalu sibuk dengan sekolah, anak jadi
tidak punya waktu untuk melakukan kegiatan lain atau mengembangkan bakatnya
sendiri.
Menurut Dr. Yang dari Yang Academy, orang tua juga perlu
mencari informasi mengenai 3 kurikulum ini:
a.
Explicit Curriculum (Kurikulum Tertulis)
Ini adalah kurikulum yang tertulis di atas kertas dan bisa
dianggap sebagai keseluruhan kurikulum dari sekolah. Dalam kurikulum ini
bisanya sudah tertulis mata pelajaran apa saja yang akan diberikan oleh sekolah
dan biasanya dapat ditemukan di flyer atau brosur tentang sekolah tersebut.
b.
Implisit Curriculum (Kurikulum Tersembunyi)
Ini adalah kurikulum yang tersembunyi dan tidak tertulis. Contoh
dari kurikulum tersembunyi adalah budaya di sekolah tersebut. Sekolah yang
mempunyai budaya kompetisi biasanya menggunakan sistem ranking. Anak-anak yang
dianggap sukses adalah anak-anak yang memiliki nilai bagus dan ranking tinggi,
sementara anak-anak yang nilainya rendah biasanya akan dianggap pecundang.
c.
Null Curriculum
Ini adalah kurikulum yang tidak diajarkan. Contohnya begini:
suatu sekolah memilih untuk mengajarkan etika baik dan budi pekerti. Artinya sekolah
tersebut memutuskan untuk tidak mengajarkan etika buruk dan perilaku tidak
baik. Dengan kata lain, etika buruk dan perilaku tidak baik tidak akan diterima
atau ditoleransi oleh sekolah.
Tapi saat sekolah tidak punya kurikulum untuk mengajarkan
perilaku baik, secara tidak langsung sekolah tersebut menyatakan bahwa perilaku
buruk tidak apa-apa selama anak tidak melanggar peraturan sekolah.
4.
Libatkan Anak Saat Memilih Sekolah
Yang terakhir tapi paling penting adalah melibatkan anak
saat memilih sekolah untuknya. Walaupun orang tua merasa selalu memberikan yang terbaik untuk anak, tapi anak yang akan bersekolah di sekolah tersebut. Anak perlu
diajak bicara dan berdiskusi saat hendak memilih sekolah. Bila memungkinkan
sebaiknya anak diajak datang ke sekolah tersebut supaya bisa melihat langsung
kondisi calon sekolahnya. Dengan catatan situasi kita sudah lebih baik
tentunya, dan tidak ada lagi virus corona yang masih mengintai.
Nah, itulah beberapa hal yang harus diperhatikan saat
memilih sekolah untuk anak. Semoga bermanfaat.
Artikel ini diikutkan
dalam Tantangan Artikel Pasukan Blogger
Joeragan Artikel bulan Juni 2021 dengan tema “Memilih Sekolah”
tipsnya sangat menarik mbak, terutama melibatkan anak saat memilih. terimakasih
BalasHapusSama-sama, Terima kasih sudah mampir ya.
HapusBener banget, kita harus pertimbangkan juga faktor dalam diri anak. Karena bagaimanapun juga anak-anak yg sekolah. Ortu kan, cuma ngikutin aja.
BalasHapusIya mbak. Anak yang akan menjalani, jadi dia harus merasa nyaman. Terima kasih sudah mampir, mbak :)
HapusTerimakasih infonya bun😊
BalasHapusSama-sama mbak :)
HapusSangat bermanfaat
BalasHapus