Sabtu, 05 September 2020

Menjadi Penulis


    Foto: Pexels.com



Bismillah

 

Terkadang hidup menawarkan sesuatu yang tidak kita duga, tapi setelah kita menjalaninya ternyata kita menyukainya. Begitulah yang terjadi dengan saya.

 

Sejak kecil, saya selalu punya banyak cita-cita, tapi penulis bukanlah salah satunya. Saya pernah ingin menjadi guru TK, dokter, insinyur dan bahkan pedagang pakaian. Hehehe, setelah melalui perjalanan yang panjang, saya berhasil menjadi sarjana teknik dan pengajar bahasa Inggris. Yah, walau tidak sama persis, tapi minimal mendekati, kan.

 

Saya lahir dan besar di Jakarta. Walaupun tidak pernah punya cita-cita menjadi penulis, saya suka menulis sejak kecil. Saat itu, tujuan saya menulis hanya untuk berbagi pikiran dan perasaan saya saja. Karena dulu saya introvert, dan saya tidak suka menceritakan masalah saya pada orang lain. Pertama kali punya diary adalah waktu saya masih duduk di kelas 6 SD. Kebiasaan menulis diary ini berlanjut sampai saat awal kuliah. Tapi karena kesibukan, akhirnya saya berhenti menulis diary.

 

Tahun 2000 saya menikah dan pindah ke Bekasi. Di sinilah saya memulai karir sebagai pengajar bahasa Inggris. Ini sebenarnya juga di luar rencana saya, karena saya lulus sebagai Sarjana Teknik. 


Ada sedikit cerita dibalik ini. Dulu, almarhum bapak sudah mendoktrin saya sejak saya kecil, supaya saya menjadi insinyur. Karena ingin menyenangkan beliau, saya kuliah di jurusan teknik. Tapi, di tengah perjalanan perkuliahan, saya baru sadar kalau minat dan bakat saya bukan di teknik. Tapi karena saya sudah mulai kuliah, saya tetap harus menyelesaikan kuliah saya. Setelah lulus, saya tidak pernah menggunakan ijazah S1 saya untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan ilmu saya. Saya malah tertarik untuk menjadi pengajar bahasa Inggris. Saya sudah tertarik dengan bahasa Inggris sejak saya masih SD. Tapi karena di masa itu bahasa Inggris belum dipelajari di sekolah, jadi saya belajar sendiri melalui buku. 


Pertengahan tahun 1999, saya iseng mengikuti tes untuk menjadi guru bahasa Inggris di Lembaga Bahasa LIA, saya dinyatakan lulus. Setelah menyelesaikan pelatihan menjadi guru bahasa Inggris,  menikah dan pindah ke Bekasi. Saya lalu mulai mengajar di LIA cabang Galaxy, Bekasi.

 

 Setelah menjadi pengajar bahasa Inggris paruh waktu (agak malu menyebut diri saya guru, karena saya hanya mengajar di tempat kursus saja, bukan di sekolah), kegiatan menulis saya hanya sebatas membuat rencana mengajar.

 

Tahun 2012, kami pindah ke Bandung. Saya juga pindah ke LIA Cabang Martadinata Bandung dan mengajar di sana. Saat putri saya mulai sekolah, dan sekolahnya rutin mengadakan acara Parenting bagi orang tua/wali murid, tiba-tiba saya diangkat sebagai notulen tidak resmi oleh orang tua murid yang lain. Alasan mereka adalah karena catatan saya rapi dan enak dibaca. Gaya bahasa saya juga mudah dimengerti dan sangat membantu orang tua murid yang kebetulan berhalangan hadir dalam acara-acara Parenting tersebut.

 

Akhir Januari 2020, saya mengikuti kelas menulis online dari Joeragan Artikel. Di kelas tersebut saya belajar membuat artikel dan juga cara mengirimkannya ke media online. Tapi karena bertabrakan dengan kegiatan mengajar, saya sempat berhenti menulis artikel beberapa waktu.

 

Tanpa saya duga, pandemi COVID-19 membawa perubahan besar dalam karir saya. Yang tadinya saya harus mengajar dari hari Senin hingga Sabtu, mendadak di bulan April 2020 saya jadi pengangguran. Jumlah murid di tempat saya mengajar berkurang drastis, sehingga kelas-kelas yang ada diutamakan untuk guru-guru full time. Beberapa guru part time, termasuk saya, terpaksa dirumahkan sementara waktu.

 

Terbiasa dengan jadwal yang penuh dan padat, kekosongan jadwal membuat saya kebingungan. Akhirnya seorang teman mengajak saya ikut kelas menulis antologi dari Joeragan Artikel, dengan tema ‘Hikmah di Balik Pandemi COVID-19’.

 

Setelah menyelesaikan naskah untuk buku antologi pertama saya, saya jadi ketagihan menulis. Saat web Makmood Publishing mengadakan tantangan menulis selama 21 hari, saya memberanikan diri untuk ikut. Alhamdulillah, saya berhasil mendapat posisi kedua terbaik.

 

Sejak saat itu, bisa dikatakan kalau saya ketagihan menulis dan memutuskan untuk ‘resmi’ pindah profesi menjadi penulis. Bukan berarti saya sudah tidak mau mengajar lagi. Tapi kondisi sekarang di mana COVID-19 masih membatasi pergerakan kita, membuat saya sulit mendapat kelas. Saya menulis beberapa artikel dan mengirimkannya ke beberapa media online berbayar. Saya juga mengikuti kelas Self-Editing untuk memperbaiki kemampuan menulis saya.


Setelah saya mengikuti Kelas Membuat Blog untuk pemula di bulan Agustus  kemarin, saya memutuskan untuk menulis di blog lagi. Alasan saya membuat blog ini juga supaya saya bisa terus menulis dan membagikan ilmu dan pengetahuan saya untuk mereka yang membutuhkan. Alasan lainnya agar supaya saya bisa meninggalkan jejak karya saya untuk anak cucu saya kelak. Saya juga berharap, blog ini bisa bermanfaat untuk orang banyak. 

 

Nah, itulah sedikit perjalanan karir saya. Hikmah yang saya dapat, Allah adalah sebaik-baiknya perencana. Dan Allah sudah mengatur jalan hidup kita. Kita tinggal menjalani saja sebaik-baiknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Terbaru

5 Kesalahan yang Harus Dihindari Dalam Mendidik Anak

  Orang tua pasti menyayangi   dan menginginkan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Sayangnya tanpa disadari masih banyak orang tua yang m...

Postingan Populer